Minggu, 20 Februari 2011

BUKAN JANTUNG LEMAH

Telapak tangan dan kaki sering keringatan? Hati-hati, itu merupakan pertanda jantung lemah. Anggapan begitu beredar cukup luas di masyarakat. Tapi, benarkah anggapan tersebut ?. Menurut dr Een Hendarsih SpPD, dalam dunia kedokteran dikenal dua kategori hiperhidrosis (keringat berlebih). Yakni, sistemik dan lokal.
Kasus sering keringatan hanya di bagian telapak tangan dan kaki termasuk hiperhidrosis lokal. ‘Tak hanya telapak tangan dan kaki, keringat berlebih bisa terjadi di bagian ketiak,’ tambahnya. Penyebabnya, lanjut dokter RSU Haji Surabaya itu, biasanya berkaitan dengan faktor psikologis.

Misalnya, takut, cemas, atau khawatir berlebihan. Kondisi begitu mempengaruhi sistem saraf simpatis dan memacu kelenjar keringat untuk berproduksi lebih banyak. Terjadilah hiperhidrosis. ‘Hiperhidrosis lokal tidak berbahaya. Paling kita jadi tidak nyaman saat menulis atau berjabat tangan bila tangan berkeringat terus,’ katanya.
Bagaimana dengan hiperhidrosis sistemik? Kalau itu yang terjadi, kata kepala bagian penyakit dalam itu, tak hanya telapak tangan, kaki, dan ketiak yang berkeringat, seluruh tubuh pun keringatan. ‘Tapi, itu juga bukan gejala utama lemah jantung seperti anggapan yang beredar di masyarakat,’ jelasnya.
Hiperhidrosis sistemik, lanjut Een, bisa jadi pertanda pasien mengalami hipertiroid. Yakni, suatu kondisi akibat peningkatan kadar hormon tiroid yang berfungsi mengendalikan kecepatan metabolisme (fungsi kimia) tubuh. Jika seseorang mengalami hipertiroid, metabolisme tubuh jadi lebih cepat. ‘Itu yang membuat kelenjar keringat berproduksi lebih banyak,’ kata Een.
Hipertiroid juga membuat jantung berdetak lebih cepat, jika dibandingkan dengan detak jantung normal. Een menduga, kondisi inilah yang memunculkan anggapan bahwa sering keringatan merupakan pertanda lemah jantung.
Telapak tangan dan kaki berkeringat, lanjut dia, juga bukan merupakan pertanda seseorang rentan mengalami serangan jantung. Menurut dokter 40 tahun itu, serangan jantung diiringi gejala nyeri pada dada. Rasa nyeri itu meningkat bila aktivitas banyak dan mereda ketika istirahat. Selain itu, ada juga gejala keluar keringat dingin dan sesak nafas.
‘Kalau hanya keluar keringat, itu bukan pertanda rawan mengalami serangan jantung. Jadi, anggapan yang berkembang di masyarakat itu tak sepenuhnya benar,’ imbuhnya. Meski begitu, jika ada riwayat sakit jantung pada keluarga, penderita hiperhidrosis dianjurkan memeriksakan diri ke dokter spesialis jantung. Tujuannya, memastikan sekaligus menegakkan diagnosis. ‘Dengan begitu, bila ada risiko sakit jantung, bisa segera ditangani,’ kata Een.
Tidak ada salahnya jika diantara para Alumni MDP memiliki kelainan tentang keringat berlebih, berbagi dong, melalui sarana ini !!!. (bude koesh; Sumber : KlikPDPI)